Balam – Salah satu tantangan penanganan timbulan sampah di Kota Bandar Lampung adalah mengubah paradigma pengelolaan sampah di masyarakat.
Hasil kajian sejumlah akademisi bersama Komisi III DPRD Kota Bandar Lampung menyebutkan pengelolaan sampah di tengah masyarakat saat ini masih menggunakan paradigma lama.
“Sistemnya masih timbulan (sampah) nya dimana, diangkut, dibuang ke TPA Bakung yang masih menggunakan sistem open dumping,” ujar akademisi Universitas Bandar Lampung Okta Ainita.
Hal itu disampaikan Okta dalam diskusi publik yang diprakarsai Kelas Politik di Kedaton, Kota Bandar Lampung, Rabu (19/7/2023), pasca aksi bersih-bersih Pantai Sukaraja oleh ribuan warga yang digerakkan Pandawara Group.
Baca Juga: Nelayan Sukaraja Tumpuk Sampah Plastik untuk Dermaga
Menurut Okta, pengelolaan sampah belum akan maksimal dengan paradigma lama tersebut.
Apalagi hasil riset juga mengungkap bahwa 65 persen sampah di Kota Bandar Lampung berasal dari rumah tangga.
“Itu terbesar dan tidak terkelola dengan baik,” kata dia.
Okta menilai masyarakat Bandar Lampung belum mengetahui dan memahami secara baik paradigma baru dalam tata kelola sampah.
Salah satu paradigma baru dalam pengelolaan sampah rumah tangga adalah dengan metode 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle).
“Kita harus sadar ada sampah-sampah yang bisa kita kelola mulai dari rumah tangga. Tentunya sampah yang bernilai ekonomis masih bisa kita manfaatkan kembali,” ujar dia.
Baca Juga: Ombudsman Sorot Tata Kelola Sampah di Lampung
Dia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, influencer, dan pihak-pihak terkait untuk mengubah paradigma masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Sulit mengubah karakter masyarakat.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Veni Devialesti yang turut hadir dalam diskusi publik tersebut menyampaikan tidak mudah mengubah karakter masyarakat.
“Yang paling terasa signifikan sekali adalah karakter masyarakat. Istilahnya, di depan mata saja sudah ditegur berulang-ulang tetap aja masih,” kata dia.
“Di jalan-jalan protokol itu kita dapat teguran terus. Setiap waktu. Telepon ini 24 jam. Baru 10 menit kita angkut, mobil itu belum jauh, sampah sudah datang lagi,” lanjut dia.
Baca Juga: Sampah di Pantai Sukaraja, Siapa Bertanggung Jawab?
Veni mengatakan penduduk Kota Bandar Lampung memproduksi 840 ton sampah setiap harinya.
Namun, menurut dia, timbulan sampah yang diangkut ke TPA Bakung terbilang sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk.
Diketahui penduduk Kota Bandar Lampung mencapai 1.092.506 jiwa per Juni 2022.
“Bisa dibayangkan, artinya kalau dari jumlah penduduk, banyak sekali sampah yang memang tidak masuk ke TPA,” ujar Veni.
Beranjak dari hal tersebut, jelas Veni, Pemkot Bandar Lampung fokus menangani sampah di daratan dan sungai melalui satgas kali.
“Kita punya satgas kali yang bekerja setiap hari mengambil sampah-sampah di sungai,” kata dia.
Meski demikian Veni Devialesti berharap masyarakat memiliki kesadaran bahwa penanganan sampah bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab semua pihak.
“Benar-benar masyarakat itu perlu kita ketuk hatinya. Kalau sarana prasarana insyaallah ada, dan didukung juga oleh DPRD Kota Bandar Lampung,” ujar dia.
“Bahkan pada saat pelaksanaan (aksi bersih-bersih Pantai Sukaraja) itu kita juga sudah menurunkan 900 petugas DLH dan 50 truk sampah mengangkut sekitar 300 ton sampah,” pungkas Veni.
Mengubah paradigma pengelolaan sampah lewat aksi bersama.
Pada kesempatan yang sama, salah satu tokoh masyarakat Lampung Irjen Pol (Purn) Ike Edwin mengapresiasi aksi bersih-bersih Pantai Sukaraja yang digawangi Pandawara Group.
“Saya pikir Pandawara juga bagus. Tapi kita jangan saling menyalahkan, ngomong kekurangan dan kelemahan kita. Jangan. Yang dibicarakan ini rumusnya, mau dan mampu. Dua ini digabung baru kita action,” kata dia.
Mantan Kapolda Lampung yang akrab disapa Dang Ike ini menilai paradigma masyarakat dalam pengelolaan sampah akan berubah jika dilakukan bersama-sama dengan aparatur pemerintah.
Mengubah paradigma pengelolaan sampah harus dilakukan lewat aksi bersama masyarakat.
“Masyarakat akan berubah kalau pimpinan sudah turun. Paradigmanya akan berubah. Kalau tidak ada yang dicontoh, tidak ada yang ditiru, membimbing dan memberikan nasihat, ya mereka juga tidak akan berubah,” ujar Dang Ike.
Baca Juga: Pemkot Bandar Lampung Diminta Evaluasi Pengelolaan Sampah