Balam – Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana pimpin Apel Siaga Bencana 2022 di Lapangan Korem 043/Gatam, Enggal, pada Rabu, 18 Oktober 2022.
Apel Siaga Bencana diikuti 1.510 personel dari berbagai kesatuan instansi terkait dan diisi dengan kegiatan simulasi penanganan bencana gempa dan kebakaran.
“Ada 8 titik yang rawan banjir di Kota Bandar Lampung,” kata Eva Dwiana dalam sambutannya.
Baca Juga : Frekuensi Kebakaran di Bandar Lampung Meningkat pada Tahun 2022
Di antaranya Kecamatan Rajabasa di Kelurahan Nyunyai dan Rajabasa Jaya.
Kemudian, Kecamatan Telukbetung Selatan di Gedung Pakuwon, dan Kecamatan Kedamaian.
“Alhamdulilah, semuanya sudah kita rapikan. Kalau tergenang itu sudah biasa, tim yang ada akan sigap mengatasi,” ujar dia.
Eva Dwiana mengatakan Pemkot melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung akan menyiagakan sebanyak 97 personel selama 24 jam bersama TNI/Polri.
“Apalagi cuaca sekarang cukup ekstrim, angin kencang dan hujan. Kota Bandar Lampung yang dikelilingi kabupaten/kota lain, banjir dan sampah bisa dikirim ke kita,” kata dia.
Pada kesempatan tersebut, Wali Kota juga meminta dukungan dari organisasi radio amatir Indonesia (ORARI) untuk Kota Bandar Lampung siaga bencana hidrometeorologi di masa transisi.
“Bunda harap kepada ORARI, sekali mengudara bisa mengajak masyarakat Bandar Lampung menjaga kebersihan,” ujar Eva Dwiana.
Kepala Stasiun Meteorologi Radin Inten II, Kukuh Ribudiyanto, usai mengikuti Wali Kota Bandar Lampung pimpin Apel Siaga Bencana 2022 mengatakan Provinsi Lampung siaga bencana hidrometeorologi.
Bencana ini kerap terjadinya di masa transisi musim kemarau ke musim hujan dari bulan November – Januari.
“Provinsi Lampung memasuki masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan,” kata Kukuh Ribudiyanto.
“Setelah bulan November, peningkatan curah hujannya sampai ke Januari puncak musim hujan. Nanti waspada banjir ke arah situ,” lanjut dia.
Kukuh mengatakan pada masa transisi, pemerintah daerah perlu mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi di Lampung.
“Di masa transisi, yang perlu diwaspadai adalah hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan hujan es,” kata dia.
Hujan lebat yang biasa terjadi di masa transisi, lanjut Kukuh, hanya berlangsung singkat.
“Sejam dua jam, tapi bisa terjadi genangan,” ujar dia.
Kukuh menjelaskan dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beberapa kabupaten di Lampung berada di zona merah bencana hidrometeorologi.
“Sisi barat Provinsi Lampung itu banjir dan longsor seperti Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat,” kata dia.
Baca Juga : Eva Dwiana Telusuri Tabungan Pensiun Guru di Betik Gawi
Kemudian, di bagian timur seperti Kabupaten Mesuji, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Selatan, bencana dominan ke banjir.
Untuk Kota Bandar Lampung, ujar Kukuh, dengan kontur pegunungan bencana hidrometeorologi lebih ke arah banjir dan tanah longsor.
“Paling banjir sesaat karena akumulasi air di drainase menuju ke laut, tertahan,” pungkas dia.