Balam – Jurnalis investigasi Dandhy Dwi Laksono mengajak masyarakat berpikir lewat film dokumenter karya Ekspedisi Indonesia Baru.
Dhandy Laksono bersama tiga rekan sejawatnya; Farid Gaban, Yusuf Priambodo, dan Benaya Ryamizard Harobu, memulai debut Ekspedisi Indonesia Baru pada 1 Juli 2022 lalu.
Sejauh ini, empat sekawan tersebut bersama sejumlah komunitas di daerah telah memproduksi film dokumenter.
Di antaranya Silat Tani, Angin Timur, Tanah Tabi, Base Genep, The Soulmates, dan Dragon for Sale.
Film-film dokumenter ini kental dengan persoalan lingkungan, sosial masyarakat, dan hak asasi manusia. Terlebih dengan lahirnya UU Cipta Kerja.
Dandhy Laksono mengajak masyarakat berpikir lewat film dokumenter karya Ekspedisi Indonesia Baru yang telah tayang di berbagai platform.
“Film-film ini mengajak kita untuk berpikir. Ini normal nggak? Bisa diterima nggak? Sesederhana itu, dari aspek apapun,” ujar Dandhy di Sekretariat AJI Bandar Lampung, Minggu (30/7/2023) malam.
Pendiri WatchDoc ini melihat banyak hal yang terjadi saat ini dianggap sesuatu yang wajar oleh masyarakat.
“Kita minum air galon sudah kita anggap normal. Bahkan sudah lahir generasi yang tahunya air sudah di galon. Mereka nggak pernah mengalami minum air sumur yang nggak dimasak langsung diminum,” kata dia.
“Itu satu contoh kecil bagaimana kita menerima keadaan ini seperti normal. Padahal sama sekali tidak normal,” tambah Dandhy.
Pria kelahiran Lumajang ini mengaku tidak habis pikir dengan hal tersebut. Apalagi air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia.
UUD NRI 1945 mengamanatkan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
“Tiga per empat wilayah kita adalah air, tapi air saja harus beli. Tujuh puluh persen tubuh kita air, tapi air harus beli. Tidak masuk akal,” tegas Dandhy.
Film dokumenter karya Ekspedisi Indonesia Baru tayang di YouTube @idbaruid dan bioskop daring.
1. Silat Tani
Film ini menceritakan tentang Jon Ali yang memutuskan untuk kembali ke Wonosobo bersama Farid Gaban.
Mereka melakukan riset terkait harga beras dari tempat penggilingan padi, toko, ritel dan konsumen.
Pertanyaan besar yang ada di kepala mereka adalah “Mengapa harga beras murah di petani, tetapi mahal di konsumen?”
2. Angin Timur
Tim Ekspedisi Indonesia Baru yang menyusuri pesisir utara dan selatan Pulau Jawa menemukan sejumlah masalah yang menjerat nelayan di tanah air.
Dari cuaca buruk, kenaikan harga BBM, limbah yang mencemari lingkungan, hingga persaingan antarkapal nelayan, terutama cantrang.
Ada satu masalah terbesar yang bahkan bisa melenyapkan kampung-kampung nelayan dan generasi nelayan.
Namun, ini bukan faktor alam, melainkan faktor manusia. Bahkan politik!
3. Tanah Tabi
Dua remaja dari Sentani, Jayapura, Papua dengan latar belakang berbeda, Lova dan Soni, bergabung dengan Jubi TV dan Tim Ekspedisi Indonesia Baru.
Dua generasi XYZ itu menjadi saksi sekaligus korban atas kerusakan lingkungan yang dipicu pertarungan antara dunia modern dengan sistem adat yang dianggap kuno.
Kerusakan lingkungan di tahun 2019 itu menyebabkan peristiwa meluapnya Danau Sentani yang menewaskan 70 orang dan membuat ribuan warga mengungsi.
4. Base Genep
Film pendek ini menuturkan kisah tentang bumbu dasar khas Bali yang biasa disebut Base Genep.
Base Genep ini sudah dikenal sejak zaman dahulu yang tertera dalam naskah kuno daun lontar di Penaban, Bali.
Bumbu ini sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Konsep ini berbeda dengan masyarakat modern, yang membuat makanan dan obat menjadi hal yang terpisah.
5. The Soulmates
Tim Ekspedisi Indonesia Baru mengangkat kisah Bunda Arsaningsih yang membantu menyembuhkan ribuan orang dengan menemukan jati diri masing-masing melalui metode meditasi yang unik dan inklusif: Metode Spirit of Universal Life (SOUL).
Murid-murid Bunda Arsaningsih yang jumlahnya ribuan kini membentuk komunitas yang hidup dan saling membantu.
Tak hanya untuk manusia. Mereka juga menyembuhkan bumi.
Melalui aktivitas “healing the earth” mereka tak hanya bermeditasi tapi juga melakukan langkah nyata memperbaiki lingkungan yang rusak, antara lain dengan gerakan menanam mangrove.
6. Dragon for Sale
Film dokumenter ini merupakan hasil kolaborasi Ekspedisi Indonesia Baru bersama Sunspirit dan Sahabat Flores.
Tim mengupas seluk-beluk pembangunan pariwisata super premium di Labuan Bajo sebagai salah satu dari destinasi 10 Bali Baru.
Labuan Bajo di Flores bersolek menjadi tujuan wisata Super Premium.
Hotel berbintang berjajar di sepanjang pantai dan kapal wisata kecil perlahan berganti Pinisi (hotel terapung).
Namun, hal ini justru menyulut mogok massal para pelaku wisata. Apa yang sedang terjadi?
Menjaga kewarasan berpikir Tim Ekspedisi Indonesia Baru.
Film dokumenter yang diproduksi Ekspedisi Indonesia Baru dengan lugas menyajikan permasalahan publik secara lengkap, mendalam, analitis, lewat narasi dan gambar yang kuat.
“Bagi saya dan teman-teman lain yang latar belakangnya jurnalis, film dokumenter ini pintu pertama orang senang dengan indepth reporting atau longform journalism,” kata Dandhy.
Konten produk investigasi, lanjut dia, lebih mudah dipahami oleh masyarakat melalui media visual dan story telling bila dibandingkan dengan karya tulis.
“Kalau orang disuruh baca hasil investigasi, apalagi sekarang era media visual, itu sudah ada barrier duluan. Tapi kalau nonton film, langsung masuk ke isu publiknya,” ujar Dandhy.