Balam – Komunitas Anak Positif Indonesia (Komapi) mengajak masyarakat bersahabat dengan anak-anak positif HIV pada rangkaian acara peringatan Hari AIDS Sedunia.
“Jangan takut bermain dengan anak-anak positif HIV,” kata Ade Komariah dari Komapi di Kampung Delima, Kedaton, Kota Bandar Lampung, Sabtu, 10 Desember 2022.
Konsorsium HIV yang terdiri dari berbagai kelompok sipil masyarakat, salah satunya Komapi, berbagi keceriaan dengan keluarga dan anak-anak positif HIV di Kampung Delima, sebuah kawasan wisata edukasi.
“Mereka jarang bertemu, sibuk dengan ARV-nya, kesedihan, dan penyakitnya, makanya anak-anak dikumpulkan hari ini,” ujar Ade.
Dia berharap wisata bersama keluarga anak-anak positif HIV bisa mengembalikan kepercayaan diri mereka.
“Bahwa mereka tidak sendiri. Ada teman-teman sebaya yang bernasib sama,” kata dia.
Anak-anak positif HIV yang mengikuti kegiatan dari rentang usia 16 bulan sampai tiga tahun. Sebagian besar dari mereka tertular HIV dari ibunya.
“Anak-anak terinfeksi HIV sudah pasti dari ibunya dan tidak menutup kemungkinan juga dari anak angkat,” ujar Ade.
Dalam beberapa kasus, jelas dia, ada juga orangtua mengadopsi anak yang terinfeksi HIV.
“Orangtua angkatnya tidak tahu kalau ibu kandung si anak punya riwayat HIV positif,” kata dia.
Namun, Ade menegaskan bahwa sebagian besar ibu yang tertular HIV berasal dari suaminya.
“Bapak dan ibu nggak tahu kalau mereka juga menularkan HIV pada anaknya,” ujar dia.
Ade memperkirakan jumlah anak-anak positif HIV di Provinsi Lampung kurang lebih 125 orang.
“Tapi kalau data di rumah sakit umum kurang lebih 75 anak,” kata dia.
Menurut Ade, perbedaan data itu disebabkan minimnya pemeriksaan atau tes HIV dari pemerintah daerah.
“Sejauh ini untuk pemeriksaan anak positif HIV dari pemerintah daerah, aku tegaskan tidak ada,” ujar dia.
Baca Juga: ODHA di Lampung Fenomena Gunung Es
Dia mengingatkan pentingnya tes HIV untuk pencegahan dini karena setiap orang memiliki risiko untuk tertular AIDS.
“Pemeriksaan dini penting karena kalau kondisinya sudah memburuk maka butuh pengobatan yang lebih spesifik,” kata dia.
Sebagian besar masyarakat masih khawatir bersahabat dengan anak-anak pengidap AIDS. Ketakutan akan tertular AIDS memunculkan stigma di tengah masyarakat bagi keluarga korban.
“Kan penularan HIV lewat transfusi darah dan hubungan seksual,” ujar Ade.
Ade menjelaskan anak-anak positif HIV dengan sistem imun atau kekebalan tubuh yang lemah, justru lebih rentan tertular penyakit dari anak-anak yang sehat.
“Anak-anak yang positif HIV memang perlu perhatian khusus karena imunnya tidak sama dengan imun anak-anak pada umumnya,” kata dia.
Untuk itu, Ade mengimbau masyarakat agar tidak takut hidup berdampingan dan mau bersahabat dengan anak-anak positif HIV.
“Anak-anak yang positif HIV bisa hidup mencapai usia puluhan tahun dengan pengobatan yang tepat dan gizi baik,” ujar dia.
Ade mengatakan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk mengurangi risiko penularan HIV sudah digratiskan oleh pemerintah.
“Namun, untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi, keluarga anak-anak positif HIV harus berjuang sendiri,” pungkas dia.
Purwati (36) seorang ibu dengan dua anak mengatakan dirinya dan suaminya bersama anak keduanya yang berusia delapan tahun mengidap HIV.
“Anak saya yang nomor satu negatif,” ujar dia.
Dia menuturkan awalnya mereka tidak tahu kalau mereka terkena HIV.
Mereka mengetahui saat anak keduanya di usia tiga tahun mengidap penyakit komplikasi.
“Waktu itu, anak saya yang nomor dua sakit. Awalnya kena Tb (penyakit paru), terus diare, dan panasnya nggak turun,” kata Purwati.
Hasil pemeriksaan dokter menyebutkan anak keduanya tertular HIV dari mereka.
Sebagai orangtua, Purwati memberikan perhatian yang sama untuk kedua anaknya, kecuali jika ada tetangga atau keluarga yang sakit, dia harus ekstra hati-hati terhadap anak nomor duanya.
“Tapi kalau tidak ada yang sakit, biasa aja berkumpul,” ujar dia.
Pun demikian, Purwati memilih untuk merahasiakan penyakit anaknya, baik pada diri sang anak maupun pada tetangga.
“Anak saya tahunya dia sakit jantung,” kata dia.
Anak-anak positif HIV menerima tali asih dari Lions Clubs.
Lions Clubs bersama Dinas Kesehatan, dan Komandan Kodim (Dandim) 0410/KBL ikut berbagi keceriaan bersama anak-anak positif HIV.
Presiden Lions Clubs Kota Bandar Lampung, drg Dewi Hasanah, memberikan tali asih berupa sembako, voucher belanja, dan suvenir.
Dandim 0410/KBL diwakili Danramil Kedaton 0410/06, Mayor (Kav) Joko Subroto, berharap kegiatan tersebut dilakukan berkelanjutan.
“Apresiasi buat ibu-ibu dan adik-adik yang telah menggagas acara ini. Mudah-mudahan sehat dan normal,” kata Joko.
Dia memotivasi orangtua dan anak-anak positif HIV untuk tetap semangat, tulus, ikhlas, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Kita sebagai manusia dan seorang ibu harus tetap bersyukur, apapun itu sudah kehendak-Nya. Semua sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa,” ujar dia.